Rabu, 18 Juli 2018

Tanpa gadget manusia bisa Mati?

Assalamu'alaikum warrohmatullahi wabarakatuh....

Dalam tulisan kali ini, aku ingin berbagi pengalamanku karena dalam beberapa hari kemarin, aku menantang diriku sendiri untuk keluar dari zona nyaman sebagai manusia. Loh kok gitu? Iyaaa memang begitu adanya.


Sadar ga sih kita, kehidupan saat ini sungguh memperdaya. Segalanya tersedia, segalanya mudah untuk didapatkan hanya dengan bermodalkan jari jempol saja. Ingin berbicara dengan teman tinggal siapkan jari mu untuk memencet tombol dilayar gadgetmu. Ingin menonton film atau berita yang sedang uptodate tinggal pilih kemudian pencet. Hingga sampai ketika kamu lapar, tidak ada makanan yang bisa mengganjal rasa laparmu, maka tinggal pencet nomor telepon restoran yang kamu inginkan dan dengan segera mereka datang membawa pesananmu.

Luar biasa hebat, bukan?!!!

Entah kenapa tiba-tiba aku kepikiran tentang kehidupan pada zaman dulu yang hidup terbatas tanpa teknologi seperti saat ini. Di dalam kamar, ku renungi bagaimana kemudahan yang aku dapatkan saat ini membutakan atau bahkan melemahkan kemampuan kita. Disamping banyak pula sisi positif dari penggunaan teknologi itu sendiri tentunya yaaa....

Namun bukan itu yang ingin ku bahas pada cerita kali ini. Atas dasar perenungan yang ku lakukan pada malam itu maka aku ingin men-challange diriku sendiri untuk keluar dari zona nyaman dengan ambil bagian dalam challange #NoGadgetChallange.

#NoGadgetChallange itu adalah tantangan untuk tidak menggunakan gadget." 
Apa itu gadget? Gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa inggris yang artinya perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Ciri yang mudah dikenali dari gadget dan yang membedakan dengan perangkat elektronik yang lainnya adalah adanya unsur "kebaruan". Artinya, gadget selalu muncul dengan menyajikan teknologi terbaru yang membuat hidup manusia lebih praktis, contohnya seperti smartphone, laptop maupun netbook.

Nah....di challange kali ini, aku memaksa (iyaa memaksa) diriku untuk tidak menggunakan gadget selama beberapa hari. Sempat khawatir bagaimana jika ada informasi penting dari grup forum menulisku di WhatsApp. Bagaimana aku mengubungi teman-temanku sementara tak ada satupun nomor telepon yang ku hafal. Belum lagi seluruh data-data laporan kegiatan terbaruku tersimpan di gadget itu. Ampuuunnn....sudah resah saja diriku -_-

Tapi balik lagi ku merenungi, apakah tanpa gadget kita bisa mati? Orang-orang zaman dulu yang hidup tidak dengan teknologi secanggih seperti saat ini masih ada tuh yang hidup dan berumur panjang. Lagipula, challange ini tidak selamanya kok, pikirku. Kemudahan dari kecanggihan teknologi saat ini merupakan "berkah yang HQQ" untuk generasi millenial atau kids zaman now seperti kami, jadi yaaa di syukuri saja. Namun, tetap harus sadar batas-batas menggunakannya supaya tidak terperdaya.....

-------------
Kamis, (09/11/2017) Pada hari pertama challange merupakan masa-masa yang begitu amat berat. Biasanya alarm subuh berbunyi membangunkan anak gadis ((anak gadis hahaha)) yang masih tidur terlelap, tapi pagi itu tidak ada. Alhasil alarm manual yang tidak kuduga-duga berbunyi dengan nyaringnya. (baca: teriakan mamaku) 😆🙈 Okee, kalau ini aku langsung bangun haha

Menjelang siang, justru cobaan semakin berat. Bayangkan, bertahun-tahun kamu menggunakan smartphone hingga menjadi hafal letak tombol-tombolnya sehingga tanpa melihatpun kamu tetap bisa mengoperasikannya. Namun saat ini, fasilitas itu hilang. Boom!!!💥

Aku kembali terdiam dikamar. Kembali merenungi challange yang baru saja ku buat ini. Godaan untuk menyudahi challange muncul. Dasar syetan, masa iyaa aku kalah dari orangtua zaman dulu.

Akhirnyaa, aku mencoba mengalihkan kebiasaan bermain gadget dengan fokus pada apa yang ada didepan mataku. Selama aku pergi melaksanakan pengabdian di desa orang, kamar ku belum sempat ku rapikan, begitu berantakan seperti kapal pecah. Maka, ketika challange ini ku lakukan, menjadi waktu yang tepat untuk ku kembali melakukan hal-hal sudah lama tidak ku lakukan.

Pertama, ku rapihkan kamar ku. Kemudian pohon cabe yang ku tinggal melakukan pengabdian tidak ada yang merawat sehingga kembali ku sirami lagi, ku berikan pupuk supaya kembali hijau dan berbuah. Asal kamu tahu ya, merawat pohon cabe itu mudah namun tidak banyak orang yang memanfaatnya. Jika tidak ada space, menanam saja di dalam pot. Kalaupun pohon cabe itu sudah kering dedaunannya, akan bisa kembali hidup dan tumbuh asalkan terus dirawat, rutin disirami air dan diberikan nutrisi berupa pupuk.

--------------
Jumat, (10/11/2017) Pada hari ini kemajuan untukku dimana aku bangun dengan sendirinya. Tanpa Alarm handphone dan juga tanpa alarm manual (teriakan mama >.<). Mungkin karena semalam aku tidur cepat dan tidak larut malam. Hmmm....oke juga nih.

Hari ke-2 #NoGadgetChallange, aku mencoba membuat list kegiatan supaya hal-hal yang sudah lama tidak ku lakukan dapat kembali ku lakukan.

--------------
KESIMPULANNYA:

Hidup tanpa menggunakan gadget, Aku jadi bisa melakukan hal-hal yang sudah lama tidak ku lakukan. Tidak melulu menjadi generasi nunduk (baca: main hp) tapi kini jauh lebih melihat ke lingkungan sekitar seperti bermain dengan kucing peliharaan, bermain dengan sepupu yang masih kecil gemes-gemes, ngumpul sama tetangga sekitar atau bermain dengan Gadget orang lain #Ehhhh

Atau menjadi rajin melihat ke atas (baca: melihat jam) kok jadi merasa waktu berjalan begitu lambat yaa?

Kemudian sholat menjadi lebih tepat waktu, lebih khusyu, berdoa menjadi lebih panjang (tidak teburu-buru), produktivitas diriku bertambah dengan terselesaikannya bacaan buku yang berhasil ku tamatkan.

Hmm....aku jadi berpikir. 24 Jam waktu dalam sehari cukup panjang sebetulnya untuk memaksimalkan produktivitas, menyelesaikan tugas yang belum terselesaikan. Tapi kok, baru ku sadari sekarang yaa?

Meski begitu, aku masih sering tergoda untuk menyudahi challange ini dan segera nyalahin gadget. Pembelaanku atas dasar itu karena semua data-data penting ada disana. Jadwal pertemuan rutin dalam forum menulisku yang sudah lama ku absen, deadline tugas yang harus dikumpulkan, tidak ada yang ku ingat kapan itu di otak ini.

Aku jadi mikir kembali, dibalik berjuta-juta manfaat yang ku rasakan dalam kecanggihan teknologi, tapi disisi lain kecanggihan teknologi dari gadget ini justru memperlemah, memperdaya dan menumpulkan kemampuan ingatanku. Segalanya ku simpan di gadget, sedikit-dikit buka gadget, padahal bisa saja sewaktu-waktu gadget ini rusak bahkan hilang. Sementara memory yang abadi yang ada di kepala, ku biarkan sedikit sekali bekerja. Hmmm.....

--------------
*Terbaru, setelah Challange No Gadget ini, aku ingin kembali menantang diri untuk meng-iya-kan challange dari temanku. Dia memberikan ChallangeNoMieInstan dan ChallangeAirMineral selama satu tahun.

Jadi pada challange ini, kita tidak boleh makan mie instan yang menggoda itu dan hanya boleh meminum air mineral atau air putih saja. Menurutku, challange ini baik untuk tubuh kita sebagai detox, soo....bagi kalian yang mau ikutan, yuk barengan?



Senin, 21 November 2016

CIE ANAK KULIAHAN

Assalamualikum semuanya :)

Berhubung udah lama Blog ini ga di update. Sementara saya sedang tidak ada inspirasi ngerjain skripsi, jadinya tema hari ini nostalgia waktu jadi mahasiswi aja yaaah~

Buat kalian yang sudah masuk dan sedang ada di dunia perkuliahan ((CIE ANAK KULIAHAN)) silahkan dinikmati yaaa...

Bagaimana di semester awal kuliah, kenalan sama banyak teman baru, mulai ngincer-ngincer gebetan, pergi kemana-mana bergerombol bareng-bareng, dateng kuliah masih ontime padahal masuknya siang, kenalan dengan dosen-dosen pengajar mata kuliah dikelas, terus seneng kalo dosennya masih muda wajahnya ganteng, tetiba jadi super aktif dikelas biar diperhatiin. Sementara mendadak jadi pendiem kalo dosennya GALAK banyak aturan, gak boleh telat lebih dari 10 menit yang HANYA BERLAKU UNTUK MAHASISWA, terus dispensasi ga masuk 3 kali aja dengan alasan yang RASIONAL, pakaian harus rapih, harus pake sepatu, tiap pertemuan harus ada pemakalah, dan peraturan yang lainnya lagi --" Ngerasain seperti itu ga kalian? Bener apa bener? BENER! Ahahaha

Terus udah gitu, yang memang memiliki jiwa berorganisasi, cepet-cepet deh ikut ekstrakulikuler mahasiswa atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Kan kebetulan pas masa orientasi mahasiswa atau MOS bahasa anak SMA-nya, udah diperkenalkan dengan kegiatan-kegiatan kampus, jadi udah ada inceran mau masuk kemana, terus tinggal daftar deeeh pas open recruitment...

Waktu itu saya sempat bergabung menjadi mahasiswa pecinta alam KMLA Garuda UIN Jakarta. Dari sana teman saya semakin bertambah. Tidak lagi temen-temen sekelas. Semakin peduli dengan wawasan mengenai lingkungan hidup. Semakin sehat karena ada sesi olahraga bersama. Dapat bertemu dengan tokoh-tokoh yang peduli dengan lingkungan seperti salah satunya dapat mengundang dan bertemu dengan Sabar Gorki, pendaki gunung tunadaksa yang berhasil menaklukan gunung tertinggi diantaranya puncak gunung Cartenz (Jayawijaya), Gunung Kilimanjaro, Gunung Elbrus, dan lain-lain. Dan, tentu saja dapat wawasan belajar organisasi, memperluas networking dengan organisasi lain, serta bonusnya jadi suka naik gunung. Perempuan boleh kan naik gunung? hahaha :p

Jadi buat kalian yang masih berada di semester awal kuliah (semester 1-5) gunain kesempatan GRATIS untuk explore diri kalian. Ikuti kegiatan-kegiatan kampus yang positif. Bangun networking dari sekarang...biar ga nyesel pas udah semester tua. ((TUA))
Kemudian, ada pertanyaan rutin mahasiswa yang ditanyain terus-terusan ke KM (Ketua Mahasiswa) 
"Siapa yang jadi pemakalah besok?" Bukan gue kan? 
Kalo jawabannya bukan kemudian ngucap Alhamdulillah. Tapi nyambung pertanyaan lagi "Terus gue kapan?" hahaha
Namun ada juga sih yang kepengen jadi pemakalah pertama. Katanya gapapa ribet diawal tapi santai di akhir ((PINTER))

Jadi, jika dikelas kerjaan mahasiswa selalu bahas makalah tiap harinya. Tujuannya sih, biar mahasiswa yang lebih aktif hehe 
Tapi ternyata, diantara banyaknya dosen yang ngajarnya dengan makalah, di kampus penulis, Ada satu dosen favorit mahasiswa. Beliau anti mainstream. Beda cara ngajar beliau dengan cara ngajar dosen pada umumnya. 

Gak pake makalah. Gak buat makalah. Gak ribet makalah. Gak ngeprint makalah. Gak foto copy makalah. Apalagi yaak? ahaha 
Mungkin beliau udah paham kali yaah mahasiswa nya udah ENEG bener saben pertemuan makalah lagi makalah lagi. Makanya, cara ngajar beliau tidak berbau makalah ((BERBAU)) HAHAHA

Yakni dengan....
Mengajak mahasiswa nya turun langsung ke lapangan. Langsung Praktek...Belajar langsung sama masyarakat (berhubung saya jurusan Pengembangan Masyarakat), sehingga jika menemukan masalah di lapangan, langsung cari solusinya, langsung cari dimana letak kesalahannya. Disitu sisi pembelajarannya. Jadi ga cuma dijejelin Teori ajaa

Ketika praktek lapangan begitu, kami bisa semingguan di desa orang. Tinggal bersama penduduk setempat. Minta izin ke RT RW dan Tokoh adat setempat. Ikut kegiatan penduduk desa sambil ngerjain tugas lapangan. Main ke sawah, main ke sungai. Ada yang kepleset kami ketawain hahaha baru ditolongin..
Lebih seru begitu. Wawasan kami lebih terbuka, Sirkulasi udara lebih luas karena tidak tersekat dinding-dinding ruangan kelas sebab kami berada di alam terbuka. 
Pengalaman yang luar biasa bukan?

Baru kemudian, setelah praktek lapangan usai, LAPORAN MENANTI. dudududu -_-

Dengan metode pembelajaran seperti itu, mahasiswa dibebaskan berfikir sesuai sudut pandangannya masing-masing.  Jadi tiap mahasiswa berbeda cara memandang suatu masalah. 

Yaaa.....gitu deh mahasiswa. Duka nya ada, senengnya banyak haha
Belum lagi bahas kegiatan sepulang ngampus. Biasanya cari tempat makan seputaran kampus yang murah, yang ada WIFI, yang ada AC, colokan, yang lagi hits dan kawan-kawannya. Kemudian, aktifitas ke perpustakaan cari buku rujukan untuk makalah ((MAKALAH LAGI, MAKALAH LAGI)). Bagaimana pinter-pinter ngatur waktu antara organisasi sama kuliah biar gak bentrok. 

Belum lagi ngomongin soal mahasiswa pemburu seminar supaya dapet makan siang gratis. ((Ya Allah)) hahaha

Gitudeh pokoknya..
Sekarang saya lagi berusaha selesaikan skripsi. Masa-masa yang udah saya ceritain diatas udah saya alami. Sekarang saya lagi membuat cerita baru lagi dalam dunia per-SKRIPSI-an. Bagaimana masa-masa ngerjain skripsi luar biasa WAH nya, susahnya bimbingan sama dosen, susahnya cari bahan, susahnya kumpul sama temen kelasan, susahnya jadi SARJANA dan lain-lain.

Mohon Doa kan semoga saya kuat melewati ini HAHAHA

Udah, segitu dulu aja yah...
Kalo temen-temen, pengalaman jadi mahasiswa nya seperti apa? Boleh di share di kolom komentar ;p ((GRATIS KOK))

Wassalamuaikum semua. Terima kasih.

Selasa, 19 Juli 2016

Sebaik-baiknya mahluk, hanya ciptaan Allah saja


Libur tlah usai. Libur tlah usai. Hore.. Hore..Hore...

Kemarin merupakan hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran yg baru, sepulang dari kampus, saya melihat anak sekolah dasar (sd) begitu ramai baru pulang sekolah. Ada yg menyebrang jalan dengan dan tanpa dampingan orangtuanya. Adapula yg bercanda bersama temannya di pintu gerbang, mungkin sedang menunggu jemputan. Entahlah. Wajahnya tampak senang. Bercanda bersama teman-teman yg lainnya. Mungkin karena akhirnyaa bisa bertemu teman-teman lagi setelah masa liburan.

Keadaan demikian, menjadi kabar baik mengingat di Indonesia saat ini kasus vaksin yg dipalsukan mengancam anak-anak generasi muda. Berdasarkan pengakuan tersangaka kasus vaksin palsu saja, pemalsuan yg dilakukan telah berlangsung sejak tahun 2003. Itu berati sudah 13 tahun tersangka pembuatan vaksin palsu membohongi publik. Meraup sebanyak-banyaknya keuntungan pribadi dengan merugikan oranglain.




Bayangkan, betapa senangnya orangtua ketika mengetahui akan memiliki generasi penerus dirinya. Memiliki anak merupakan keinginan seluruh pasangan halal atau yg sudah menikah. Kemudian ketika anak itu sudah lahir, maka tanpa segan orangtua memberikan fasilitas kesehatan yg terbaik. Yang mahal sekalipun jika itu baik untuk anaknya, pasti akan diusahakan. Namun permasalahannya adalah tidak semua orang dikatakan mampu. Coba bayangkan gimana perasaan orangtua yg tidak mampu tapi susah payah nyari uang untuk bayinya bisa di vaksin agar sehat eh taunya vaksinnya palsu? Ya Allah😭

Jika pemalsuan vaksin telah dilakukan selama 13 tahun, berati ada kemungkinan akan berdampak buruk pada anak-anak sekolah dasar (SD) tahun ini khususnya wilayah-wilayah rumah sakit yg telah dinyatakan terlibat pembelian vaksin palsu. Berdasarkan yang penulis pahami, salah satu tujuan dilakukan vaksinisasi kepada bayi atau anak adalah untuk memberikan sistem kekebalan tubuh dari berbagai penyakit, dengan jalan melemahkan atau membunuh organisme penyebab penyakit. Jadi, pertanyaannya jika seorang anak diberikan vaksin yg palsu, apa kabar sistem imunitas tubuhnya? Wallahu A'lam Bishawab

Diakhir pembahasan, Yakinlah bahwa Mahluk yang Allah ciptakan merupakan sebaik-baiknya ciptaan. InshaAllah ciptaan Allah tidak gampang rusak seperti ciptaan buatan China 😂😂
Kepada pelaku, penulis hanya dapat mendoakan agar pelaku mengakui kesalahannya dan bertaubat. Kemudian, segera dihukum sesuai dengan perbuatan yg dilakukan karena Indonesia merupakan negara yg memiliki hukum.

Demikian opini saya (mahasiswi yg lagi belajar). Jika ada masukan dan pendapat yg berbeda, silakan tulis dikolom komentar yaa.
Thankyou~


Sabtu, 27 Juni 2015

Komunitas Sepeda Sehat UIN Menolak UIN Jakarta Gersang

Dengan mengkampanyekan gerakan bersepeda ke kampus, Komunitas Sepeda Sehat UIN Jakarta MENOLAK kampus UIN Jakarta GERSANG, menzalimi pepohonan, manusia dan bumi karena pihak kampus menghilangkan ruang terbuka hijau dan daerah resapan air dengan menumbuh kembangkan beton-beton besar untuk dijadikan gedung baru ditanah bekas ruang terbuka hijau.   

Tepat pada tanggal 13 Juni 2015 yang lalu, Komunitas Sepeda Sehat UIN atau yang disingkat KSSU mengadakan acara Fun Bike kembali, kali ini ke Kebun Binatang Ragunan dengan tema Colour Cycling. Acara yang diselenggarakan oleh Komunitas Sepeda Sehat ini, bertujuan untuk lebih peduli dengan lingkungan sekaligus untuk memperingati hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2015. 

Kegiatan ini didukung oleh 80 orang, gabungan dari mahasiswa dan masyarakat umum yang sadar dan peduli terhadap lingkungan. Selain bersepeda bersama, rangkaian acara lainnya adalah Colour Cycling cap tanda persahabatan antar peserta, Bike Adventure Games dan Lomba Fotografi. 



Untuk teman-teman yang berminat bergabung dengan kami untuk terus mengkampanyekan gerakan bersepeda kepada masyarakat luas, sharing pengetahuan tentang bersepeda atau sekedar hobi bersepeda, yuk gabung atau bisa follow @SepedaSehatUIN atau add facebook SepedaSehatUIN untuk info lebih lanjut. 

Terima kasih semuanya. Salam sepeda. Salam Lestari

Arianne Sarah


Jumat, 26 Juni 2015

Oh Cikuray

Heey teman-teman sosmed...
Sudah pernah ada yang ke Gunung Cikuray, Jawa Barat?


Bulan Mei lalu, saya berkesempatan ke Gunung Cikuray bersama 3 teman kuliah. Total kami 4 berangkat dari Ciputat ke Garut menaiki bus Primajasa. Sekitar jam 2 tengah malam, kami sampai di terminal Guntur. DINGIN. Jangan sampai lupa bawa jaket. 
Setelah sarapan/sekedar menghangatkan tubuh dengan minuman hangat, kami langsung menyewa mobil losbak atau pick up untuk mengantarkan kami hingga ke Pemancar, pos awal pendakian gunung Cikuray. Setelah proses tawar menawar harga disepakati, kami siap untuk berangkat. Tentu setelah kouta mobil pick up terpenuhi yakni 12-15 orang sekali angkut. Hahaha

Pagi itu, terminal Guntur ramee. Rame dengan pemuda pemudi yang menggendong tas besar di pundaknya. Maklumlah yaa jadwal weekend emang begitu, dijadikan momentum untuk mendaki gunung. 

Sudah selesai semuanya, Let's Go, kita berangkaaat....
Untuk sampai ke Pemancar, diperlukan waktu satu jam (kata supir) dengan jalan menanjak, menanjak terus, terus menanjak hingga tiba di pemancar. Makanya terkadang ada kejadian mobil yang ga sanggup naik hingga ke pemancar. Yaa contohnya kaya mobil yang kami tumpangi ini -_- Untung ga kuat nanjaknya sebentar perjalanan lagi. Jadilah para lelaki yang duduk di belakang turun berniat mendorong mobil. Tapiiiiii ternyata setelah turun, mereka DITINGGALIN hahaha Untung saya perempuan bersama satu teman wanita yang duduk didepan bersama supir ga ikut turun dan ga ditinggal :p 

Sesampainya di Pemancar, pos awal Pendakian, kami istirahat sebentar sekaligus cek barang-barang, biar gaada yg terlupa dan tertinggal. Di Pemancar sudah rameee pendaki yang berniat menjajal mendaki seperti kami. Disana kami berkenalan dengan pendaki lain asal Jakarta juga. Nama salah satu dari ketiga orang itu Zaskia. 2 oran lainnya (laki-laki) lupa. *Maaf ya hehe. Akhirnya kami memutuskan naik sama-sama, barengan. Ketika matahari sudah mulai keluar dari singgasananya, kami bergegas untuk berangkaaaat.....


Sebelum melewati track kebun teh, kami diharuskan mengisi simaksi dan membayar tiket pendakian sebesar 10 ribu. setelah itu perjalanan seperti ini....

Track pertama melewati kebun teh, setelah proses Simaksi
Ketemu ini ketika sedang jalan di kebun teh
Teruuuus naik. Diatas nanti ketemu pos lagi untuk verifikasi data diri :p
Menuju pos 2 ada tanaman lavender. Lumayan warna tanaman lavender bikin semangat
Lihat akarnya keker banget kan ampe keluar begitu? Akar ini lumayan untuk pegangan naik
Pendakian dengkul ketemu dada. Sadissss

Sunrise Cikuray
Puncak Cikuray sebanding dengan perjalanan ekstrimnya. Tanpa editan.

  
Saking rame nya, jalur pendakian digunain untuk diriin tenda. #Menuju puncak.
Doa di puncak gunung tertinggi Garut, semoga terkabul, Aamiin

Intinya, Setiap perjalanan memberikan kesan tersendiri. 
terkhusus untuk pendakian gunung Cikuray, ini merupakan pendakian ter-eksrim yang pernah saya naiki. Selama perjalanan kami selalu memberikan sugest pada diri bahwa rasa capek, ingin menyerah merupakan sugest. Kita Mampu keluar dari Zona nyaman diri. 

"Bukan Gunung yang saya takhlukan. Tapi diri inilah yang saya takhlukan. Saya bisa keluar dari zona nyaman kehidupan." 

Sekian. Terima kasih. 
Salam Lestari

Arianne Sarah

Jumat, 17 April 2015

Mengubah Dunia melalui Ruang Baca

Akhirnyaaa kesampaian ke Gramed, setelah sekian lama ga kesana-sana. Ceritanya sehabis kuliah di hari kamis (16/04), ada kesempatan untuk jalan-jalan sejenak, setelah beberapa minggu dibulan ini padet ngurusin praktikum kuliah -_-

Singkat cerita, setibanya di Gramed. Aaakk!!! Banyak sekali buku dengan tema yang bagus-bagus. Turut bangga jadinya, semakin berkembang penulis buku Indonesia saat ini. Satu demi satu bermunculan penulis-penulis muda, handal dan berbakat yang baru saya kenali melalui karyanya ketika ke Gramed lalu.

Jujur saja, saya tidak terlalu fanatik dengan buku-buku non fiksi seperti novel, komik dan lain-lain. Saya lebih tertarik dengan buku-buku fiksi, biografi, dokumenter, travelling dan semacamnya. Sehingga yang saya dapat dari jalan-jalan sejenak itu adalah buku ini:



Saya belum menyelesaikan membaca buku ini secara tuntas, tetapi secara garis besar buku ini bercerita tentang:

"Mantan penjabat yang bernama John Wood yang dahulu bekerja di salah satu perusahaan terbesar di dunia, Aplikasinya digunakan di seluruh dunia yakni Microsoft, rela dan berani meninggalkan zona nyaman kehidupannya dengan membangun perpustakaan di berbagai belahan dunia melalui uang pribadinya demi melawan buta aksara. 
Singkat cerita, ia terketuk hatinya ketika pada suatu waktu berkesempatan berkunjung ke salah satu desa terpencil, dimana di desa tersebut ada satu sekolah yang minim sekali akan buku bacaan untuk siswanya. Maka, dari sanalah akhirnya ia memutuskan untuk mengabdi........"

Bayangkan apa yang terjadi jika ratusan orang mengikuti jejaknya? 
Jarang loh ada seseorang yang berani keluar dari zona nyaman kehidupannya. 

Finally, buku ini cocok dijadikan panduan, untuk pelajar/mahasiswa yang konsen di bidang Pengembangan Masyarakat seperti saya agar berani melangkah seperti halnya pak John, minimal di Tanah Air Tercinta, Indonesia dahulu. Semoga, doakan saja yaa ;) Aamiin.

Demikian, Salam Lestari.

Arianne Sarah





Buku Sokola Rimba


Niat awalnya ingin membeli buku kuliah di Gramedia, tapi baru masuk ke pintu Gramedia buku ini sudah menyihir saya  meminta untuk dihampiri. Hingga pada akhirnya buku kuliah ga ada satupun yang kebeli, tapi buku ini yang akhirnya dibawa pulang :)

Sepulang dari Gramedia, buku setebal 348 halaman ini kembali berhasil membuat saya betah duduk diam dikamar menyelesaikan ceritanya tiap lembar demi lembar.

Bisa dibilang, buku ini sukses membuat saya terlarut dalam alur cerita. Menjadi Orang Rimba. Saya bisa terharu, menangis, tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak pada saat yang bersamaan ketika membaca satu demi satu kisah yang dipaparkan secara lugas dan apa adanya ini.

Kak Butet Manurung sebagi pemeran utama dalam buku ini berhasil membawa saya berimajinasi berada di Jambi, Bukit 12. Seolah-olah saya berada disana merasakan semangat, kepedulian, dan pengorbanan kak Butet dalam memperkenalkan dan memperjuangkan pendidikan untuk anak-anak Rimba agar tidak sering ditipu karena tidak bisa menulis dan membaca.
Terakhir, Satu kata untuk buku ini, KEREN!