Jumat, 17 April 2015

Mengubah Dunia melalui Ruang Baca

Akhirnyaaa kesampaian ke Gramed, setelah sekian lama ga kesana-sana. Ceritanya sehabis kuliah di hari kamis (16/04), ada kesempatan untuk jalan-jalan sejenak, setelah beberapa minggu dibulan ini padet ngurusin praktikum kuliah -_-

Singkat cerita, setibanya di Gramed. Aaakk!!! Banyak sekali buku dengan tema yang bagus-bagus. Turut bangga jadinya, semakin berkembang penulis buku Indonesia saat ini. Satu demi satu bermunculan penulis-penulis muda, handal dan berbakat yang baru saya kenali melalui karyanya ketika ke Gramed lalu.

Jujur saja, saya tidak terlalu fanatik dengan buku-buku non fiksi seperti novel, komik dan lain-lain. Saya lebih tertarik dengan buku-buku fiksi, biografi, dokumenter, travelling dan semacamnya. Sehingga yang saya dapat dari jalan-jalan sejenak itu adalah buku ini:



Saya belum menyelesaikan membaca buku ini secara tuntas, tetapi secara garis besar buku ini bercerita tentang:

"Mantan penjabat yang bernama John Wood yang dahulu bekerja di salah satu perusahaan terbesar di dunia, Aplikasinya digunakan di seluruh dunia yakni Microsoft, rela dan berani meninggalkan zona nyaman kehidupannya dengan membangun perpustakaan di berbagai belahan dunia melalui uang pribadinya demi melawan buta aksara. 
Singkat cerita, ia terketuk hatinya ketika pada suatu waktu berkesempatan berkunjung ke salah satu desa terpencil, dimana di desa tersebut ada satu sekolah yang minim sekali akan buku bacaan untuk siswanya. Maka, dari sanalah akhirnya ia memutuskan untuk mengabdi........"

Bayangkan apa yang terjadi jika ratusan orang mengikuti jejaknya? 
Jarang loh ada seseorang yang berani keluar dari zona nyaman kehidupannya. 

Finally, buku ini cocok dijadikan panduan, untuk pelajar/mahasiswa yang konsen di bidang Pengembangan Masyarakat seperti saya agar berani melangkah seperti halnya pak John, minimal di Tanah Air Tercinta, Indonesia dahulu. Semoga, doakan saja yaa ;) Aamiin.

Demikian, Salam Lestari.

Arianne Sarah





Buku Sokola Rimba


Niat awalnya ingin membeli buku kuliah di Gramedia, tapi baru masuk ke pintu Gramedia buku ini sudah menyihir saya  meminta untuk dihampiri. Hingga pada akhirnya buku kuliah ga ada satupun yang kebeli, tapi buku ini yang akhirnya dibawa pulang :)

Sepulang dari Gramedia, buku setebal 348 halaman ini kembali berhasil membuat saya betah duduk diam dikamar menyelesaikan ceritanya tiap lembar demi lembar.

Bisa dibilang, buku ini sukses membuat saya terlarut dalam alur cerita. Menjadi Orang Rimba. Saya bisa terharu, menangis, tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak pada saat yang bersamaan ketika membaca satu demi satu kisah yang dipaparkan secara lugas dan apa adanya ini.

Kak Butet Manurung sebagi pemeran utama dalam buku ini berhasil membawa saya berimajinasi berada di Jambi, Bukit 12. Seolah-olah saya berada disana merasakan semangat, kepedulian, dan pengorbanan kak Butet dalam memperkenalkan dan memperjuangkan pendidikan untuk anak-anak Rimba agar tidak sering ditipu karena tidak bisa menulis dan membaca.
Terakhir, Satu kata untuk buku ini, KEREN!