Gunung
Slamet – 3.428 Mdpl
LSO KMLA
Garuda Fidkom
Oleh:
Arianne
Sarah
Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah. Maka, dengan menyandang gelar gunung tertinggi di
Jawa Tengah, tentunya gunung
Slamet ini memiliki jarak
tempuh perjalanan yang cukup panjang sekitar 8-9 jam waktu normal, karakter
medan yang dilalui sulit dan kering namun terbayar dengan pemandangan yang
indah menjadikan gunung Slamet ini menjadi istimewa dan banyak dikunjungi para
pendaki.
Untuk mencapai
puncak tertinggi Gunung Slamet, seorang pendaki harus melewati 9 pos terlebih
dahulu. Dari 9 pos tersebut, hanya ada 3 shelter, 1 tempat mata air dan 1
tempat yang dianggap angker atau biasa disebut pasar setan. 3 sehelter itu
hanya ada di pos 1, pos 5 dan pos 7. Sedangkan tempat mata air hanya ada di pos
5 saja dan pasar setan berada di pos 4. Biasanya, para pendaki memutuskan untuk bermalam sebelum melanjutkan summit
attack ke esokan harinya di pos 5 dan di pos 7. Ini dikarenakan, hanya kedua pos itu
lah yang mendekati puncak yang terdapat shelter untuk bermalam agar ketika
melanjutkan perjalanan ke puncak tidak perlu membawa semua peralatan. Ini
berlaku juga dengan pendakian kami dari divisi gunung hutan. Kami memutuskan
untuk bermalam di pos 5 dan melanjutkan pendakian ke puncak keesokan harinya.
Untuk sampai ke
puncak Gunung Slamet, pendaki seakan-akan harus menapaki gunungan bebatuan. Ini
dikarenakan medan puncak Gunung Slamet
adalah bebatuan, sehingga diperlukan kehati-hati dalam memilih pijakan. Medan yang dilalui bebatuan yang rapuh
disertai angin yang cukup kencang. Waktu normal untuk mencampai puncak Gunung Slamet, kurang lebih selama 2
jam dan dihimbau untuk segera turun sebelum jam 9. Karena, jika lebih dari jam
9, pergerakan angin dan kabut semakin kuat menyebabkan jarak pandang pendaki
dapat terganggu. Secara keseluruhan, medan perjalanan gunung Slamet ini adalah
vertical, vegetasi pepohonan rapat, memiliki tekstur tanah gambut dan jalur
pendakian jelas (tidak bercabang-cabang). Hanya saja, ketersediaan air dalam
pendakian ini hanya ada di basecamp Bambangan dan dipos 5 saja.
1.
Lokasi
Gunung Slamet ini adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa yang
berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal,
dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah dan merupakan gunung tertinggi di
Jawa Tengah serta gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Pendakian ini dilakukan melalui jalur Bambangan yaitu jalur pendakian resmi di
Gunung Slamet yang terletak di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan
Karangreja, Kabupaten Purbalingga.
2.
Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat : Gunung Slamet
Ketinggian : 3.428 mdpl
Lokasi :
Banyumas dan Pemalang, Jawa Tengah.
Hari/Tanggal :Senin- Kamis,1-
4 Juli 2013
Catatan Perjalanan Gunung Slamet 3.428
(mdpl)
Dan pada akhirnyaa, perjalananku
berlabu di tanah tertinggi Jawa Tengah, Gunung Slamet dengan ketinggian gunung 3.428
mdpl. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pendakian segera dipersiapkan.
Carrier, sepatu trekking, tenda, matras, ponco (raincoat), jaket, SB ( Sleeping
Bag), nesting beserta kompornya, logistik, pakaian ganti dan lain sebaginya disusun
kedalam carrier. Sebagai info bahwa penyusunan (packing) berawal dari barang
yang paling ringan dan paling akhir digunakan seperti SB dan pakaian ganti. Sedangkan
untuk barang yang berat dan penting diposisikan ditempat yang paling atas
seperti ponco (raincoat). Tujuannya agar beban terberat jatuh ke pundak bukan
ke pinggul serta tidak perlu membongkar carrier ditengah perjalanan apabila
barang yang penting berada di atas. Pendakianku ini dijalankan bersama 2 teman
sedivisi Gunung Hutan dari Komunitas Mahasiswa Lintas Alam (KMLA) GARUDA UIN
Syahid yaitu Tarzan dan Layu, serta bang Budi dan bang Mirob sebagai
pendamping. Total kami ber 5 akan melakukan pendakian Gunung Slamet via
Bambangan pada tanggal 1-4 Juli 2013.
Senin - Selasa, 1-2 Juli 2013
Setibanya di basecamp Garuda,
aku melakukan pengecekan ulang barang dan logistik. Sekitar jam 15.30 kami
telah siap untuk berangkat. Sebelumnya dilakukan pelepasan terlebih dahulu oleh
pengurus di depan basecamp Garuda. Di antar menggunakan motor hingga
Gapura kampus 2 dan di lanjuti dengan menaiki angkot DO1 tujuan Lebak Bulus.
Setibanya di Terminal Lebak Bulus Tarzan langsung membeli tiket bus tujuan
Bobotsari. Sayangnya tiket tersebut telah habis, akhirnya beralir tujuan ke
Purwokerto. Sekitar jam 21.00 bus Kurnia Jaya tujuan kami siap berangkat.
Perjalanan di tempuh selama 11 jam hingga turun di Sokaraja, Purwokerto. Dilanjuti naik bus L300 selama 1 jam hingga
turun di pertigaan Serayu. Dari pertigaan Serayu naik mobil Carry hingga Basecamp
Bambangan selama 40 menit. Jam 10.00 siang Akhirnya kami tiba di basecamp Bambangan. Diawali dengan Istirahat
untuk makan, mengurus administrasi pendakian dengan biaya pendaftaran sebesar
Rp. 5.000 dan setelahnya melakukan packing ulang. Sekitar jam 11.00 pendakian
di mulai.
Siang
itu pendakian kami disuguhkan dengan pemandangan luasnya perkebunan warga
setempat. Untuk mencapai pos 1, kami menempuh perjalanan selama 2 jam lebih.
Ini dikarenakan, waktu untukku beradaptasi dengan medan sangat sulit sehingga
perjalanan lebih banyak istirahatnya. Lagipula dari sekian banyaknya pos,
perjalanan menuju pos 1 inilah perjalanan yang paling panjang dan sudah vertical.
Di pos 1 ini ada shelter sehingga kami beristirahat sebentar dan segera
melanjutkan perjalanan ke pos 2. Perjalanan menuju pos 2 tidak seberat perjalanan
menuju pos 1. Mungkin karena sudah bisa beradaptasi dengan medan. Ditengah
perjalanan, kami harus memakai ponco sebab tiba-tiba hujan turun. Itulah sebabnya
kenapa ponco harus diletakkan dibagian paling atas carrier. Karena hujan bisa
dengan tiba-tiba turun tanpa iduga sebelumnya. Lanjut, Kami menempuh perjalanan
untuk mencapai pos 2 selama 2 jam. Di pos 2 ini tidak ada shelter seperti di
pos 1. Hanya tanah lapang ditengah hutan. Istirahat lagi dan segera melanjuti
perjalanan menuju pos 3 karna kami menargetkan untuk nge-camp di pos 5
atau di pos 7. Perjalanan ke pos 3 ditempuh selama 1,5 jam. Di sepanjang
perjalanan menuju pos 3, terlihat akar-akar pepohonan menjulur keluar dari
tanah, tekstur tanah gambut serta rindangnya pepohonan membuat udara menjadi
sejuk. Sama seperti di pos 2, di pos 3 tidak ada shelter. Shelter hanya ada di
pos 1, pos 5 dan pos 7. Hari semakin sore, namun belum tercium bau-bau pos 4
bahkan pos 5. Perjalanan ke pos 4 kami tempuh selama 2 jam perjalanan, cukup
lama karena dari awalpun perjalanan sudah vertical sehingga ketika adzan
magrib berkumandang kami baru sampai di pos 4 Samarantu. Dengar-dengar dipos 4
ini angker, makanya di kasih nama Samarantu. Arti dari Samarantu itu
“samar-samar hantu” karena katanya sih sering ada penampakan. Tapi yang jelas
di pos ini kami sempat istirahat cukup lama untuk membuat kopi, menghangatkan tubuh
karena semakin lama udara semakin dingin. Perjalanan berlanjut. Kini, headlamp
dan senter menerangi perjalanan kami. Udara kala itu begitu dingin, tapi tidak
menghambat perjalanan kami untuk menemukan pos 5 pos mata air. 1,5 jam
perjalanan cukup buat kami menemukan pos 5. Kami kehabisan tempat di dalam
shelter sehingga harus mendirikan tenda di halaman pos 5. Sesampainya, kami
langsung mendirikan tenda dan membuat makanan. Menu makanan saat itu temanya gado-gado.
Logistik yang kami bawa disatupadukan. Anehnya tetap terasa nikmat haha Setelahnya kami pun bergegas masuk tenda lalu
tidur untuk melakukan summit attack esok.
Rabu, 3 Juli 2013
Sekitar
jam 02.30 pagi Gelap masih mendominasi, dingin menyelimuti. Target kami untuk
berangkat sekitar jam 03.00 pagi. Mempersiapkan segala kebutuhan yang mendukung
untuk dibawa naik dan meninggalkan kebutuhan lainnya di pos 5. Perjalanan ke
pos 6 dan pos 7 di tempuh sekitar 15 menit. Di pos 7, kami beristirahat
sebentar di dalam shelter. Menyapa pendaki lain yang juga akan melakukan summit
attact sama seperti kami. Semakin keatas model perjalanan semakin
vertical dan vegetasi tumbuhan semakin jarang. Di pos 8 sudah tampak bunga
abadi bunga edelweiss, namun sayangnya bunga itu belum mekar secara sempurna.
Semakin keatas menuju pos 9, medan perjalanan mulai bebatuan. Hati-hati memilih
pijakan ya, sebab bebatuan ini mudah lengser. Kabut yang membawa embun mulai
terasa membasahi tubuh kami. Menuju puncak, medan perjalanan seperti gunungan
bebatuan. Kami menapaki gunungan bebatuan itu dengan ekstra hati-hati memilih
pijakan. Angin kala itu sangat kencang, membuat udara begitu dingin. Perjalanan
menuju puncak ini, kami tempuh selama 1 jam. Setibanya di puncak, proses
dokumentasi berjalan. Kami berlima berada diatas awan. Dari kejauhan terlihat
gunung Kembar yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Oh Indah nian. Namun
sayang, keindahan itu berubah menjadi berkabut menjadikan keindahan puncak
gunung Slamet tak sempurna untuk kami pandang. Tapi tak apa, sekiranya kami
telah melihat keindahan Jawa Tengah melalui Gunung Slamet. Sebelum jam 9 kami
sudah turun, takut cuaca semakin parah. Proses turun ini harus lebih hati-hati lagi
karena, tumpuan kita hanya kepada kaki berbeda ketika naik. Ketika naik tumpuan
kita kaki dan tangan sehingga lebih kuat. Salah memilih pijakan, bebatuan itu
bisa lengser. Perjalanan turun ke pos 5 ditempuh selama 2 jam. Setibanya di pos
5 langsung mempacking barang untuk segera turun. Perjalanan turun memakan waktu
lama sekali. Ini dikarenakan ada permasalahan sehingga ketika sore hari baru
sampai di basecamp Bambangan. Kami memutuskan untuk menginap malam itu dan
pulang keesokan harinya.
Kamis, 4 Juli 2013
Pagi
hari kami telah bangun. Target kami, jam 08.00 kami sudah siap untuk pulang.
Sarapan dan packing menjadi kegiatan kami kala itu. Kami pulang naik mobil
Carry bapak Sugeng, pemilik rumah basecamp Bambangan menuju terminal
Porwokerto. Jam 10.30 tiba dan segera mencari tiket. Kami telat, karena tujuan
Lebak Bulus baru saja berangkat. Akhirnya beralih naik bus Putri Jaya jurusan
Pulo Gadung. Perjalanan menjadi sangat lama karena ada perbaikan jalan sehingga
menimbulkan macet. Akibatnya sampai di terminal Pulo Gadung tengah malam dan
langsung mencari angkot untuk disewa hingga basecamp Garuda. Alhamdulillah misi
3P kami berhasil yaitu Perjalanan, Puncak pulang dilalui dengan selamat seperti
Gunung yang baru saja kami singgahi.