Kamis, 05 Februari 2015

Titik Nol - Makna Perjalanan

" Setiap orang terobsesi akan kata jauh. Padahal makna dari kata tersebut dapat ditemukan dari perjalanan yang selama ini terabaikan." #TitikNol


Buku setebal 556 halaman ini fokus bercerita tentang perjalanan hidup sang penulis  - Agustinus Wibowo yang berkeliling dunia seorang diri selama 10 tahun, kemudian dikorelasikan dengan menggabungkan perjuangan sang Mama dalam menghadapi penyakit Kankernya.



Tibet - India - Nepal - Afganistan - Surga - Khailash - Shangri La 


Kesemua negara ini Agustinus Wibowo jelajahi demi mencari makna perjalanan itu sendiri. Bagi yang belum tahu Agustinus Wibowo, beliau adalah seorang penjelajah yang kemudian menuliskan pengalamannya selama diperjalanan dalam bentuk buku. Buku Titik Nol ini merupakan buku ketiga-nya. Dua buku sebelumnya adalah Selimut Debu dan Garis Batas. 

Mencari makna perjalanan ke beberapa negara, jauh dari rumah, seorang diri membuat Agustinus Wibowo akhirnya sadar bahwa dari Ibu-nya lah yang tidak pernah kemana-mana, ia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini ia abaikan. 


Hingga pada akhirnya, Buku ini membuat makna perjalanan terasa penuh perjuangan, pengharapan dan kekuatan juga berharga bahwa membaca buku Titik Nol dari bab demi bab seakan turut ikut menelusuri negeri yang mungkin tidak akan pernah saya pijak~



Sehingga, pelajaran yang dapat dipetik adalah  semua akan ada batas akhirnya. semua akan kembali ke Titik Nol~ Dan selama masih ada waktu yang diberikan oleh Sang Pemilik Alam Semesta, maka gunakan sebaik mungkin, nikmati selagi masih memilikinya, syukuri atas apa yang sudah diberikan dan buatlah kisah hidup menjadi bermakna hingga selesai jatah usiamu.
Terima kasih Agusinus ;) kisah  perjalananmu, perjuangan, pengharapan, kekuatan sungguh menginspirasi~




Salam Lestari

-Arianne Sarah-

Jelajah Baduy ;)

Hellow ;)


Saat ini, siapa sih yang ga pernah/pingin naik gunung? Booming-nya kegiatan outdoor ini disebabkan karena beberapa faktor. Akibatnya semuanya berbondong-bondong pingin naik gunung tanpa bekal pengetahuan dan peralatan yang safety. Disini, penulis hanya mau sampaikan bahwa 'Alam bukan hanya gunung saja' terlebih alam Indonesia. Terlalu sempit jika hanya pingin naik gunung.

So, ke Baduy boleh kok jadi referensi liburan kalian^^ Dapet ilmu soal budaya unik suku baduy, Pengalaman, memperluas silaturahim dan lain-lain. Untuk itu, jika benar mau mencicipi keindahan suku baduy siapkan beberapa kebutuhan berikut ini:

1.Waktu luang + Uang
Udah jelas lah yaa, kedua hal ini paling penting.

2. Tenaga (fit body)
Kenapa penulis bilang tenaga? Karena, untuk sampai ke baduy dalam, diperlukan usaha. Yaa kalo niatnya cuma ke baduy luar doang, ga seberapa hehe. Tapi biar puas mending main-main aja ke baduy dalem nya. Penulis aja ampe nginep semalem di Baduy dalem. Numpang tidur dirumah suku Baduy-nya ;) Tapiiii, untuk sampai ke Baduy dalem, kamu harus lewati ini semua. Semangat!!! ;))







3. Siapkan ruang (diotak) untuk mempelajari budaya Suku Baduy
Jelas dong! banyak-banyakin ngobrol sama orang baduy-nya. Sebagian ada yang sudah fasih bahasa Indonesia kok. Menurut penulis, Budaya baduy sungguh unik. Karena, mulai dari cara mendapatkan pasangan sampai meninggal dunia, ada keunikan tersendiri. Cara berpaiakan, kepemerintahan suku baduy, keyakinan beragama, mata pencaharian dan lain-lain.


Kita takkan tau sampai kapan budaya Baduy ini akan tetap bertahan ditengah gempuran budaya Barat. Tapi akan tetap bertahan apabila kita menjaga, melestarikan dan memberi dukungan dengan cara bersilaturahim ke Baduy, minimal mematuhi segala aturan yang ada dan membeli kerajinan tangan yang dibuat. 

Aturan yang ada disini maksudnya adalah Suku Baduy dalam melarang wisatawan membawa Kamera, Sabun mandi, pasta gigi, sampho, dan lain-lain yang dirasa mengandung zat kimia yang dapat merusak air sungai. Juga kamera karena suku Baduy dalam hidup tanpa barang-barang modern. semuanyaa tradisional. Keren kan?

So, ga tertarik sama jelajah budaya kaya gini?



Salam Lestari

Arianne Sarah